Proses penyelamatan 33 penambang di Copiapo, Chile menyedot perhatian seluruh dunia. Penambang-penambang tersebut berhasil diselamatkan setelah terjebak selama 69 hari di dalam perut bumi. Pada awalnya tidak ada tanda-tanda kehidupan dari penambang-penambang tersebut, sampai pada tanggal 22 Agustus pencarian mulai semakin giat dilakukan setelah para penambang mengirimkan pesan yang bertuliskan “Kami semua yang berjumlah 33, baik-baik saja di dalam shelter” dari kedalaman 2.260 kaki. Dalam proses penyelamatan ini pemerintah Chile melibatkan berbagai pihak, dari meminta bantuan NASA, sampai Paus Benediktus XVI. Semua usaha itu tidak sia-sia, seluruh penambang berhasil diselamatkan pada tanggal 13 Oktober. Proses penyelamatan disiarkan secara langsung melalui televisi yang disiarkan di seluruh dunia melalui berbagai stasiun TV. Selama penyelamatan, Presiden Pinera tidak henti-hentinya memberikan dukungan baik secara moral ataupun material.
Sementara Presiden Pinera dipandang seluruh dunia sebagai pahlawan karena telah berkontribusi sangat besar bagi penyelamatan penambang dari perut bumi, bagaimana dengan Presiden SBY dan penanganan musibah di Wasior? Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief, Presiden telah menginstruksikan langkah-langkah difokuskan pada pencarian korban. Pada praktiknya langkah-langkah ini belum terlihat efektif dalam menangani korban di Wasior, Papua Barat. Bahkan Presiden SBY baru sempat mengunjungi lokasi bencana 10 hari setelah bencana terjadi. Selama 10 hari tersebut Presiden SBY sempat menghadiri pertandingan sepak bola persahabatan antara Indonesia melawan Uruguay. Tentu saja tindakan SBY terlihat sangat kontras dengan tindakan Presiden Sebastian Pinera. Pujian terus diberikan kepada Presiden Pinera, sedangkan kritik terus dilontarkan kepada Presiden SBY. Banyak pihak yang mengkomparasikan tindakan kedua Presiden ini. Di satu pihak Presiden Pinera yang rela menghabiskan $ 20 juta untuk menyelamatkan 33 penambang, dan di sisi lain Presiden SBY dengan masalah kunjungannya ke Wasior.
Menurut saya, tindakan kedua pihak ini tidak bisa disamakan. Berbeda bangsa maka berbeda pula sistemnya. Di Chile, Presiden Pinera tanpa ragu merangkul semua penambang ketika mereka berhasil diselamatkan. Negara tersebut memiliki system yang lebih fleksibel yang memungkinkan pihak eksekutif (Presiden/kepala pemerintahan) untuk dapat terjun ke lapangan dan ikut secara langsung dalam menangani masalah. Sedangkan di Indonesia, kunjungan Presiden SBY di Wasior sempat di tolak pihak daerah karena dianggap hanya merepotkan. Oleh karena itu penanganan memang terkesan lamban, tapi itulah akibat dari sistem di Indonesia. Presiden SBY diharapkan dapat lebih tegas, spontan, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Presiden adalah lokomotif dalam bagi negara, karena itulah tindakannya sekecil apapun bernilai besar bagi rakyat. Kemajuan bangsa ditentukan oleh pengarahan dari kepala negara, rakyat yang terlibat langsung, dan perbaikan sistem. Tidak ada salahnya bagi Presiden SBY untuk dapat mencontoh tindakan heroik Presiden Pinera.
Sumber :
- “Chile Miners Rescued : Timeline.”
(http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/chile/8057126/Chile-miners-rescued-timeline.html, diakses 17 Oktober 2010)
No comments:
Post a Comment