Dalam mitologi Yunani, ada seorang raja yang juga seorang pemahat. Ia membuat patung wanita yang sangat cantik, bahkan lebih cantik daripada semua wanita yang hidup pada zamannya. Raja tersebut jatuh cinta terhadap patung wanita itu, bahkan memperlakukannya seperti manusia. Sampai suatu hari ia putus asa karena patung tersebut tidak merespon semua perlakuannya. Ia pun berdoa kepada Aphrodite untuk memberikan wanita yang persis seperti patungnya. Aphrodite mengabulkan doanya dengan cara memberi kehidupan kepada patung tersebut. Raja tersebut bernama Pygmalion.
Oleh karena itu Pygmalion Effect adalah sebuah fenomena di mana seseorang yang diberi harapan yang tinggi, biasanya anak – anak, murid atau karyawan, maka semakin baik performa mereka. Menurut Rosenthal, apabila guru memberikan harapan yang tinggi kepada beberapa murid, murid – murid tersebut akan menunjukan performa yang sesuai dengan harapan atau ekspetasi mereka.
Rosenthal mengadakan eksperimen di suatu sekolah dasar. Guru diberitahukan siapa saja anak - anak istimewa yang oleh karena itu membutuhkan dorongan lebih. Mereka pun dibimbing secara khusus, dan diberi perhatian yang lebih daripada murid lain. Pada akhirnya, anak – anak istimewa tersebut diberikan tes, hasilnya jauh lebih baik. Bahkan IQ mereka pun naik secara signifikan. Ternyata anak – anak istimewa tersebut hanyalah anak – anak yang secara acak dipilih oleh Rosenthal. Kemampuan mereka sebenarnya sama saja dengan anak – anak yang lain.
Saya sendiri pernah mengalami Pygmalion Effect. Saat saya bersekolah di SD Hang Tuah, guru – guru menganggap saya anak yang pintar dan berkemampuan lebih. Hampir selalu saya mendapat peringkat satu. Karena ingin mempersiapkan diri untuk SMP katolik, saya pindah ke SD katolik. Guru – guru di sana menganggap kemampuan saya sama saja dengan anak yang lain. Pada awalnya saya tidak masuk dalam kategori anak pintar. Prestasi saya pun menurun, dari peringkat satu menjadi peringkat 4. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi mendapat peringkat 1 sampai dengan SMP.
Begitu banyak lagi contoh – contoh mengenai Pygmalion Effect. Setiap manusia pasti pernah mengalaminya. Pygmalion Effect tidak selalu berhubungan dengan masalah prestasi. Dalam hal yang sederhana saja, misalnya orang – orang yang kita anggap buruk seringkali juga menganggap bahkan memperlakukan kita buruk. Tanpa sadar, kita sering menilai orang secara prematur. Memang semua orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Tapi kenapa kita tidak mencoba mengoptimalkan yang baik dan mengurangi yang buruk? Intinya adalah berpikir positif dan mau berusaha optimal.
Sumber :
- Pygmalion (http://www.mythencyclopedia.com/Pr-Sa/Pygmalion.html, diakses 28 September 2010)
- Pygmalion Effect (http://en.wikipedia.org/wiki/Pygmalion_effect, diakses 28 September 2010)
- Bellah, Mike. The Expectation Effect (http://www.bestyears.com/expectations.html, diakses 28 September 2010)
No comments:
Post a Comment