Pada liburan kemarin, saya pergi mengunjungi kakak saya di Omaha, Amerika Serikat. Omaha terletak di negara bagian Nebraska, dimana mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani jagung. Perlu diketahui saat itu Omaha sedang berduka karena ada warga corn huskers gugur dalam tugasnya di Irak. Bendera setengah tiang dikibarkan, bahkan ada aksi membunyikan klakson apabila kita cinta damai dan menolak perang.
Suatu hari saya pergi berbelanja bersama ayah saya di Walmart. Walmart adalah tempat berbelanja ‘rakyat kebanyakan’ di Amerika Serikat. Setelah selesai berbelanja kami melihat foto – foto warga Omaha yang gugur saat perang. Wall of Heroes tersebut berisi orang – orang yang sgugur saat bertugas, dari perang di Korea sampai perang di Irak. Saat kami sedang mengamati secara seksama, dan merasa tersentuh atas penghargaan masyarakat corn huskers terhadap pahlawannya, tiba – tiba datang seorang laki – laki paruh baya. Ia merupakan seorang warga berkulit hitam. Kami hanya tersenyum saat ia datang menghampiri kami dan bersama – sama melihat Wall of Heroes tersebut. Ia juga ikut tersenyum, tetapi kemudian ekspresi wajahnya menjadi sedih. Kami menganggap mungkin ia adalah bagian dari warga Omaha yang ikut bersimpati terhadap para pahlawannya tersebut.
Tiba – tiba ia memulai percakapan, “Are these guys died during their military service?” kami menjawab “Yes they did”. Pembicaraan terhenti sejenak lalu ia membalas “You know, my nephew died last year during his service in Iraq, but they didn’t put his picture right here”. Kami menjawab “We’re sorry to hear that”, namun pria tersebut hanya berkata “Interesting” dengan nada yang sinis lalu pergi meninggalkan kami. Hanya dengan sepotong dialog tersebut, langsung menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak saya saat itu. Saya tidak menyangka di Amerika Serikat hal seperti ini masih terjadi.
Sumber :
- Omaha Soldier Killed in Afghanistan (http://www.kptm.com/Global/story.asp?S=12771152, diakses 26 September 2010)
No comments:
Post a Comment