“Eh, minta pin BBM lu donk”
“Gua ga punya BB”
“Udah beli aja, biar lebih gampang chatting”
“Gua ga tertarik untuk punya BB”
“Yaelah, gw dulu juga gitu, liat aja bentar lagi lu pasti beli BB”
Percakapan di atas sudah saya alami berulang kali. Tepatnya dimulai sejak pertengahan tahun 2009. Sejak saat itu pemakaian Blackberry (BB) menjamur. Apabila di tanya alasan untuk memiliki BB, sebagian besar menjawab agar komunikasi menjadi lebih lancar melalui Blackberry Messenger (BBM). Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia menjadi pengguna BB. Saya sendiri termasuk dari segelintir orang yang belum ingin mempunyai BB.
Selain pengertian yang telah saya dapat sehari – hari mengenai BB, saya mencari tahu apa itu BB di internet. Saya mengetik kata Blackberry di situs pencarian Google, terdapat 181.000.000 hasil, saya membuka salah satu link hasil pencarian teratas. Ternyata BB sudah ditemukan oleh perusahaan Kanada sejak tahun 1996. Tapi mengapa di Indonesia penggunaan BB baru booming sekitar 13 tahun kemudian? Menurut saya, BB menjadi trend di Indonesia setelah ramainya penggunaan Facebook setahun sebelumnya. Dengan menggunakan BB kita menjadi lebih mudah dalam mengakses situs Facebook, karena sudah ada aplikasinya. Kita juga lebih mudah di dalam mengirimkan foto melalui layanan mobile uploads. Ditambah lagi ada layanan BBM, lengkaplah sudah.
Namun selain keuntungan di atas, menurut saya BB juga membawa pengaruh yang kurang baik. Pertama, kebanyakan orang yang menggunakan BB menjadi sulit dihubungi oleh yang tidak menggunakan BB (seperti saya). Kedua, apabila orang sudah menjadi autis BB, konsentrasinya terhadap kejadian di sekitarnya(secara harafiah) menjadi berkurang, saya pernah mendengar pernyataan “Blackberry membuat yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi dekat”. Ketiga, untuk membeli BB bukanlah hal yang murah, belum lagi harus membayar biaya berlangganan setiap bulan/hari, hal ini menyebabkan bertambahnya beban pengeluaran. Keempat, apabila digunakan secara berlebihan, tidak baik bagi kesehatan pengguna BB.
Selain pengaruh buruk, segala kemudahan yang ditawarkan itulah yang menyebabkan pengguna BB meningkat drastis di Indonesia. Apalagi di Indonesia trend sangat cepat menjalar. Saat saya berkunjung ke beberapa negara lain, tidak ada negara yang terlihat betul – betul keranjingan dengan BB, kebanyakan dari mereka yang menggunakan BB adalah kaum eksekutif yang harus selalu update demi kelancaran bisnisnya. Jadi, Apakah kita sebagai mahasiswa benar – benar memerlukan BB? Apabila BB memang penting, mungkin saya akan mulai menyisihkan uang untuk membelinya.
Sumber :
- Blackberry (http://en.wikipedia.org/wiki/BlackBerry, diakses 29 September 2010)
- Fenomena Blackberry (http://www.mediaindonesia.com/data/pdf/pagi/2008-12/2008-12-13_14.pdf, diakses 29 September 2010)
No comments:
Post a Comment