Thursday, 16 December 2010

Penyewaan Rahim

Surrogate mother atau ibu pengganti memang masih asing di Indonesia. Tetapi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, jasa “penyewaan” rahim ini sudah sangat berkembang. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah wanita (baik yang menikah ataupun single) yang ingin mempunyai anak tetapi tidak ingin merasakan susahnya masa-masa kehamilan dan rasa sakit melahirkan. Terkadang saya berpikir, apakah surrogate mother merupakan pilihan bagi saya dalam memperoleh anak suatu hari nanti?

Ibu pengganti adalah wanita yang “menyewakan” rahimnya untuk mengandung anak biologis pasangan lain. Ibu pengganti dibagi menjadi 2 jenis, ibu pengganti penuh dan ibu pengganti parsial. Ibu pengganti penuh mengandung anak dari pihak wanita yang infertile (mandul), inseminasi bisa dilakukan secara tidak langsung atau langsung (hubungan seksual), sperma didapat dari pasangannya atau donor. Sementara ibu pengganti parsial mengandung anak hasil sel telur wanita lain yang sudah dibuahi oleh pasanganya atau sperma donor dan ditanam ke rahim ibu pengganti. Saya pribadi lebih memilih menggunakan jasa ibu pengganti parsial.

Menggunakan ibu pengganti (parsial) memang terlihat menyenangkan bagi saya. Karena saya dan pasangan nantinya bisa mempunyai anak tanpa harus susah-susah menghadapi gejala kehamilan seperti mual-mual, bertambahnya berat badan, dan membengkaknya bagian-bagian tubuh tertentu ditambah lagi rasa sakit saat melahirkan. Tetapi setelah melihat ongkos “penyewaaanya” saya mulai ragu untuk menjadikannya sebagai suatu pilihan. Untuk melakukan IVF/ET (in vitro fertilization/embryo transfer) atau ibu pengganti parsial, minimal saya harus mempunyai uang sebanyak $60,000 (sekitar 540 juta rupiah). Jauh lebih mahal daripada ongkos bersalin secara normal di rumah sakit yang paling mewah sekalipun di Jakarta (sekitar 25 juta rupiah). Belum lagi untuk membangun koneksi antara calon orang tua dan bakal anak, kita harus menjaga relasi yang baik dengan ibu pengganti tersebut. Yang lebih anehnya lagi, setelah anak tersebut lahir, ibu pengganti bisa bertemu dengan anak yang dilahirkannya sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Selain kedua alasan diatas, menurut saya, penggunaan term inseminasi terkesan menyamakan manusia dengan hewan ternak. Sebagai orang timur, saya menganggap hal-hal tersebut masih sulit untuk diterima.

Ternyata menggunakan jasa ibu pengganti tidak seindah yang saya bayangkan. Mengandung 9 bulan dan melahirkan dengan rasa sakit memang masih terasa menyeramkan bagi saya, tetapi menggunakan surrogate mother sudah berada di urutan terakhir di daftar pilihan saya dalam memperoleh keturunan. Ternyata masih ada alternatif lain dalam melahirkan tanpa rasa sakit seperti water birth. Saya tidak tahu apakah surrogacy sudah legal di Indonesia apa belum. Tetapi, entah itu legal atau illegal, menggunakan jasa ibu pengganti baru menjadi pilihan saya apabila cara yang lain sudah benar-benar tidak dapat berhasil.

Sumber :
- “Compare Options”
(http://www.duniawedding.com/menu-utama/love-nest/1372-ibu-pengganti,
diakses 28 November 2010)
- “Ibu Pengganti”
(http://www.duniawedding.com/menu-utama/love-nest/1372-ibu-pengganti,
diakses 28 November 2010)

No comments:

Post a Comment